Powered By Blogger

Jumat, 02 Januari 2015

Pandangan Muslim terhadap Teori Evolusi

Problematika yang dialami oleh sebagian umat Islam  saat ini diantaranya adalah munculnya semacam kebingungan ketika hasil penemuan sains tampaknya bertentangan dengan Al Qur’an, lalu muncullah upaya untuk menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur’an agar sesuai dengan pernyataan sains. Pada pemahaman saya, perlu kehati-hatian ketika seseorang mencoba membandingkan antara teori dalam sains dengan ayat-ayat dalam AlQur’an.. Permasalahannya, kebenaran yang diungkapkan sains merupakan kebenaran yang relatif. Sebuah teori dalam sains bisa digantikan oleh teori lainnya, apalagi jika begitu banyak hal-hal yang masih belum jelas tentang fenomena yang menjadi objek dari teori tersebut. Teori relativitas Einstein sebagai contoh merevisi teori mekanika klasik Newton berkenaan dengan konsep ruang dan waktu. Dalam biologi, berbagai pandangan atau teori tentang asal usul kehidupan pernah muncul seperti teori abiogenesis atau generatio spontanea-nya Aristoteles yang selanjutnya digantikan oleh teori biogenesis: omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo- dari hasil-hasil percobaan Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan Louis Pasteur. 
Perbedaan tafsir AlQur’an tentang asal usul manusia 
Perbedaan pandangan terhadap tafsir ayat-ayat AlQur’an merupakan suatu hal yang lumrah terjadi, demikian pula halnya tafsiran tentang kisah bagaimana Allah Swt menciptakan Adam as sebagai manusaia pertama. Pandangan umum para mufasirin menyatakan bahwa Adam as adalah manusia pertama yang diciptakan Allah swt dari tanah, dan tidak memiliki keterkaitan asal-usul dengan makhluk lain sebelumnya.

Kendati demikian pandangan lain muncul, misal bahwa Adam as bukanlah manusia pertama dalam arti biologis, tetapi manusia pertama dalam arti spiritual.  Abdul Shabur Syahin dalam bukunya “Adam Bukan Manusia Pertama ?” (2004), misalnya berkeyakinan bahwa manusia pertama yang diciptakan Tuhan dari tanah bukanlah Adam, tetapi sesosok “Basyar” yang tidak memiliki kesadaran, kemanusiaan insaaniyah. Dalam perjalanan waktu yang panjang, menurut Syahin, Tuhan menyempurnakan ciptaannya menjadi “Insaan” yang dilengkapi dengan kesadaran kemanusiaan (mata, pendengaran, hati), dan menurut Syahin itulah yang dimaksud sebagai Adam.

Pada pemahaman penulis, sebetulnya istilah “basyar”  digunakan AlQur’an tanpa merujuk pada masa sebelum manusia menjadi insan. Jadi istilah “basyar” dan “insaan”  tidak dapat diartikan sebagai suatu tahapan proses atau tingkatan kejadian, karena dalam diri manusia ada unsur basyar (biologis) dan insaaniyah secara terpadu, terintegrasi.  Jika Basyaar diartikan sebagai makhluk biologis tanpa rasa kemanusiaan, dan yang merupakan cikal bakal insan, makhluk yang diberi beban untuk mengenal dan beribadah kepada Tuhannya, kita akan menemukan kesukaran diantaranya untuk mengartikan ayat ketika Allah berfirman: “Ana basyarun mitslukum, yuuha illayya annamaa ilaahukum ilaahuwwaahid..” bahwa Rasulullah hanyalah “basyar” manusia (makhluk biologis) biasa sebagaimana manusia lainnya, hanya saja diwahyukan kepadanya firman dari Allah. Bagaimana mungkin Rasul sebagai “basyar” apabila itu diartikan hanya makhluk biologis tanpa kesadaran insaaniyah, tiba-tiba menjadi nabi tanpa menjadi “insaan” terlebih dahulu ? karena ayat tersebut tidak berbunyi “Ana insaanum mitslukum…”  

Pandangan Syahin sebenarnya tidak berbeda dengan Bucaille bahwa manusia mengalami proses transformasi. Maurice Bucaille dalam bukunya ”What is the origin of Man” (1983), misalnya, tidak menggunakan kata to create atau menciptakan sebagai terjemahan dari  khalaqa, tetapi ia menggunakan istilah to fashion atau to form in due proportion. Bucaille meyakini bahwa teori evolusi Darwin berlaku pada organisma selain manusia, hal ini karena menurutnya fakta-fakta paleontologi tak terbantahkan, tetapi berkenaan dengan manusia sendiri Bucaille menyatakan bahwa yang terjadi adalah suatu creative evolution dimana Tuhan  melakukan modifikasi atau transformasi dalam perjalanan waktu, sesuai dengan rencana yang telah ditentukan-Nya. Pokok pikiran Bucaille dalam buku tersebut, sebagaimana juga yang tertuang dalam buku beliau sebelumnya La Bible le Coran et la Science adalah bahwa ayat-ayat Al Qur’an tentang berbagai fenomena di alam, wabilkhusus berkaitan dengan asal-usul makhluk hidup, proses-proses biologis pada organisme hidup, tidak bertentangan dengan fakta yang ditemukan sains.  

Mahmoud Ayoub (Republika, 9 April 2003) menulis bahwa di antara kaum reformis Muslim abad ke-19 yang menanggapi Darwinisme adalah Jamaludin al-Afghani, yang menulis karya Al-Radd al-Dahriyyin (Penyangkalan atas Materialisme). Afghani mengkritik pandangan bahwa alam ini tak memiliki awal, dan merasa bahwa prinsip ini menghilangkan perlunya intervensi Tuhan dalam keberadaan alam semesta.  Di sisi lain, kaum sekularis, seperti Isma’il Mahzar, seorang intelektual Mesir, sengaja memanfaatkan Darwinisme untuk melawan agama. Ia melihat teori Darwin dapat membebaskan manusia dari kungkungan otoritas agama. Ayoub memandang bahwa sebagian orang yang ingin mempertahankan agama menolak teori Darwin; di sisi lain, orang yang ingin meruntuhkan otoritas keagamaan memanfaatkan teori Darwin.

Meskipun demikian, pendekatan yang dipakai lebih banyak Muslim, hingga saat ini, adalah upaya mengharmoniskan agama dengan teori evolusi. Beberapa pemikir, seperti Al-Manshuri, Muhammad Rashid Ridha, dan Husayn al-Jisr berupaya menafsirkan Alquran sedemikian sehingga tampak Alquran sepenuhnya mendukung teori evolusi. Maurice Bucaille dan Syahin tampaknya termasuk dalam kelompok ini, walaupun Bucaille menerima bahwa teori evolusi berlaku pada  makhluk hidup lain, tetapi tidak pada manusia.Ayoub memandang bahwa sebagai cerminan penciptaan alam semesta dalam proses evolusi diyakini oleh banyak sufi dan filosof Muslim, seperti Ibn ‘Arabi dan Jalaluddin Rumi, evolusi dapat dengan mudah diterima oleh Muslim sepanjang itu tak meniscayakan pandangan ateistik.  Benarkah teori evolusi itu dapat dengan mudah diterima oleh (sebagian besar) Muslim sepanjang itu tak meniscayakan pandangan ateistik ? Jawaban atas pertanyaan tersebut sangat tergantung pada tingkatan pemahaman Muslim ybs terhadap apa yang dimaksud dengan teori evolusi.

Apabila pandangan tentang teori evolusi itu dikaitkan dengan asal-usul manusia maka pernyataan bahwa teori evolusi itu diterima oleh  sebagian besar Muslim rasanya tidak benar. Seperti dinyatakan sendiri oleh Ayoub bahwa bagi sebagian besar Muslim gagasan Adam sebagai manusia pertama itu merupakan gagasan yang sangat populer. Mengapa populer ? karena gagasan ini lebih mendekati interpretasi dari ayat-ayat Al Qur’an yang bercerita tentang penciptaan manusia pertama dari ketidak-adaan bapak dan ibu biologis. Al Qur’an juga mengisahkan bahwa penciptaan Isa as yang unik karena tidak ada bapak biologisnya adalah semisal penciptaan Adam as, yang bahkan tanpa bapak dan ibu biologisnya. Pesan moral dari terciptanya Adam yang tanpa orang tua biologis, dan penciptaan Isa yang tanpa bapak biologis adalah untuk menunjukkan kekuasaan Allah Swt yang dapat berbuat sesuai kehendak-Nya. Jika seorang Muslim tidak bisa menerima  pesan ini, bagaimana keimanannya terhadap Allah swt yang Maha berkehendak ?    

Tidak ada satu ayatpun dari Al Qur’an yang mendukung gagasan bahwa Adam bukan manusia pertama. Ayat yang dikutip Ayoub (Q.S. 2; 30) yang berisi perbincangan antara Allah swt dengan Malaikat memang kerap ditafsirkan bahwa ada makhluk lain, mirip manusia bahkan mungkin sudah ada umat manusia itu sendiri, di muka bumi sebelum manusia yang bernama Adam itu diturunkan, dan makhluk ini ternyata telah saling menumpahkan darah diantara mereka. Ada beragam kemungkinan, Ibnu Katsir memahami bahwa makhluk yang telah ada itu adalah dari kelompok jin, dan dalam konteks ini maka pengertian saling menumpahkan “darah” menjadi suatu istilah yang tidak biologis lagi sifatnya, paling tidak bukan “darah” sebagaimana yang kita fahami. Interpretasi ini sangat mungkin karena Al Qur’an menyebut secara berulang kewajiban jin dan manusia diantaranya: “dan tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.

Kemungkinan lainnya adalah bahwa dengan Allah sendiri yang memberitahu Malaikat akan karakter Adam akan tetapi dalam AlQur’an dialog tersebut tidak disampaikan Allah dengan detail.  Tetapi kalaupun makhluk yang sebelum Adam itu adalah makhluk biologis,  bisa jadi makhluk tersebut adalah kelompok Dinosaurus yang telah ada jauh sebelum manusia ada atau mungkin monyet sekalipun tidak ada indikasi sama sekali bahwa makhluk tersebut adalah nenek moyang manusia, namun ayat tersebut tidak dapat diinterpretasikan bahwa manusia adalah keturunan dari makhluk yang telah ada sebelumnya walaupun makhluk tersebut mungkin sangat mirip dengan manusia. Pertanyaan muncul, mengapa penciptaan itu harus evolusioner dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ? Apakah ini tidak berarti bahwa Allah coba-coba dulu dalam penciptaan, semacam try and error dimana yang fit akan terus hidup, sementara yang tidak fit akan punah ? Bukankah Allah swt adalah the “Supreme Designer” yang mendisain, membentuk dan menciptakan makhluk dengan beranekaragam keunikannya masing-masing dan siap untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungannya ?    

Gerakan Harun Yahya 

Penolakan terhadap teori evolusi dari kalangan muslim mencapai tahap yang cukup fenomenal saat ini dengan gencarnya terbitan karya-karya Harun Yahya (Adnan Oktar) yang berasal dari Turki. Lewat berbagai buku-buku dan VCD-nya yang bersifat sains populer, diantaranya ”Evolution deceit” yang diterjemahkan ”Keruntuhan teori evolusi” (2001), Harun Yahya menyuarakan penolakan terhadap teori evolusi Darwin yang dipandangnya mengusung materialisme, sekularisme dan atheisme. Harun Yahya menggunakan data-data sains mutakhir untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya secara ilmiah dengan temuan sains modern, teori evolusi sudah terbantahkan. Hanya saja, teori evolusi tampaknya sudah menjadi semacam kepercayaan, dogma, bahkan ”agama” bagi sementara kalangan the so called ilmuwan itu, karena dianggap satu-satunya teori yang memberi penjelasan mengapa begitu banyak dan begitu bervariasi makhluk hidup  di dunia ini sejak zaman dahulu hingga sekarang,  sehingga fakta-fakta ilmiah apapun yang muncul bagi mereka tidak akan menggoyah keyakinan mereka akan teori evolusi. Ketika ini sudah merasuk kedalam domain keyakinan dan dogma, rasanya sulit untuk bersifat obyektif.  Kritik yang kerap dilontarkan terhadap Harun Yahya terutama berkaitan dengan metodologinya. Harun Yahya memang bukan seorang Biolog atau Palaentolog, dan karya-karyanya memang bukan karya ilmiah untuk konsumsi jurnal ilmiah atau buku teks di perguruan tinggi. Harun Yahya juga tidak melakukan penelitian ilmiah berkaitan dengan teori evolusi ini. Dia ”hanya” mengemukakan berbagai fakta temuan sains modern saat ini dan mengemasnya dalam perspektif non-evolusionis. Kata ”hanya” itu sebetulnya merupakan sesuatu yang besar, mengingat fakta ilmiah dapat diinterpretasikan sesuai dengan cara pandang, paradigma para ilmuwan yang mengemukakannya.   

 Penciptaan makhluk hidup sebagai sebuah mu’jizat (miracle) 

Penciptaan makhluk hidup oleh Tuhan (sebagai Al-Khaliq), dalam pandangan pada umumnya umat Islam, merupakan suatu mu’jizat (miracle), karena proses yang terjadi merupakan suatu yang luar biasa, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, makhluk yang dikarunia akal, dalam jaman modern dan kemajuan sains dan teknologi tercanggih sekalipun,  apatah lagi oleh makhluk lainnya atau oleh alam yang relatif “tidak berakal”. Selain itu, disebut sebuah miracle, karena  ketika menciptakan berbagai hal, termasuk makhluk hidup, Allah Swt hanya cukup berfirman “Kun fa yakun”, jadi maka jadilah. Pengertian “fa” memang oleh beberapa pandangan diarikan sebagai melalui suatu proses yang boleh jadi memakan waktu panjang, artinya tidak mesti terjadi seketika. Tetapi, kalaupun itu sesuatu yang terjadi dengan langsung, bukankah Allah maha Kuasa atas segala sesuatu ? Tidak terbatas atau dibatasi oleh ruang dan waktu.   Fenomena kehidupan itu sendiri merupakan suatu mu’jizat, mengingat begitu kompleksnya fenemena kehidupan bahkan yang terjadi dalam satu sel sekalipun. Alam, manusia adalah makhluk yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. 

Hak mencipta hanya pada Allah 
Hak menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada, hak menghidupkan dan mematikan sesungguhnya hanya pada Allah Swt. “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S.7:54). Manusia tidak memiliki hak untuk menciptakan itu, kecuali atas izin Allah Swt. Mu’jizat yang pernah diberikan Allah Swt kepada nabi Musa as untuk membuat atau menciptakan seekor burung dari tanah liat (3:49, 5:110) hanyalah bisa terjadi atas izin dan kehendak Allah Swt. Tidak ada satu makhlukpun dimuka bumi ini, termasuk manuisa dan sesembahannya selain Allah, yang mampu menciptakan setipis kulit ari sekalipun atau seekor lalat.  Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Q.S.35:13). Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah (Q.S.22:73). Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” katakanlah: “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” (Q.S.10:34). Ketika seorang mengatakan bahwa makhluk hidup terbentuk secara alamiah melalui mekanisme evolusi, sebetulnya hal tersebut, saya khawatirkan bisa jatuh ke dalam domain menjadikan alam memiliki kuasa, memiliki kemampuan untuk membentuk, mengatur, mendesain, merekayasa dengan suatu derajat kecanggihan yang luar biasa. Bagi sains, alam tampaknya menjadi semacam Tuhan yang mampu mengatur segalanya melalui mekanisme seleksi alam, kehendak alam, hukum alam, ketentuan alam, dst.  

Manusia diciptakan dalam beberapa tingkat kejadian 
Ayat-ayat yang kerap diinterpretasikan sebagai mendukung paham adanya pentahapan dalam penciptaan makhluk hidup adalah ayat-ayat berikut yang mengindikasikan adanya ”tingkatan” dalam penciptaan. Mufassir pada umumnya mengartikan kata ”tingkatan” sebagai sebagai tahapan dari dalam rahim hingga dilahirkan, dan dari tahapan bayi hingga dewasa/tua. Sebagian lagi menginterpretasikan ayat-ayat ini untuk mengindikasikan tahapan yang panjang (evolusioner) dalam penciptaan manusia dan makhluk hidup pada umumnya, untuk menunjukkan bahwa AlQur’an sesua dengan sains modern. 71:14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. 84:19. sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) 22:5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. 23:14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. 5:11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan).  

Manusia dibentuk dalam rahim 

Proses pembentukan manusia (growth and development) berlangsung dalam rahim, dari semula zigot lalu mengalami proses embryogenesis hingga menjadi bayi dengan sel-sel dan jaringan yang terdiferensiasi dengan fungsi-fungsi yang spesifik. Sebagian mengartikan ayat-ayat ini sebagai menjelaskan adanya perubahan bentuk morfologi manusia dalam perjalanan waktu yang panjang secara evolusioner, dari bentukan yang primitive hingga terbentuk wujud yang “sempurna” (ahsani taqwiem) seperti saat ini.   3:6. Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 13:8. Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. 23:13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 75:37. Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), 77:21. Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), 20:64. Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. 59:24. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 64:3. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu). 77:23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. 7:23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. 82:8. dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu. 95:4. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 39:6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.  Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?  

Menciptakan manusia dan makhluk hidup lainnya adalah hal yang mudah bagi Allah. 

Manusia, sebagaimana juga makhluk lainnya,  memiliki morfologi, struktur, anatomi, fisiologi, genetika yang sangat mengagumkan. Kendati demikian bagi Allah penciptaan manusia dan makhluk hiudp lainnya adalah suatu hal yang sederhana. Allah yang menciptakan manusia pada kali pertama, akan menciptakan manusia, membangkitkan manusia dari kuburnya pada hari kiamat nanti dengan sangat mudahnya, tanpa perlu sebuah peristiwa evolusi yang rumit dan panjang. 29:19. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).  Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 29:20. Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 32:7. Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Bila dibandingkan dengan penciptaan langit dan bumi, kerumitan penciptaan manusia jauh lebih sederhana. Allah Swt sendidi yang menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya: 40:57. Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Karena itu dapat dipahami bahwa penciptaan langit dan bumi memerlukan masa yang sangat panjang, bertahap, evolusioner jika mau disebut demikian, tetapi penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya (organik) yang menghuni planet bumi ini adalah hal yang jauh lebih mudah  bagi Allah, dan karena itu mestinya tidak memerlukan proses pentahapan yang panjang (umur geologis). Dalam konteks ini dapat dipahami bila teori evolusi itu lebih pas untuk dialamatkan pada proses pembentukan langit dan bumi, tetapi tidak perlu bagi proses penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Proses pentahapan dalam penciptaan manusia saya lebih cenderung mengartikannya sebagai proses embriologis dan dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) secara biologis. Paham bahwa ontogeni mengulang filogeni lebih merupakan sebuah perkiraan yang tidak didukung bukti-bukti yang kuat. 

Penciptaan binatang sebagai suatu mu’jizat nabi. 

AlQur’an menjelaskan beberapa peristiwa yang terjadi pada beberapa nabi: nabi Isa as, nabi Musa as dan nabi Ibrahim as berupa mu’jizat atau kejadian luar biasa untuk membuktikan kenabian mereka dihadapan umatnya atau untuk meyakinkan para nabi tersebut agar semakin bertambah keyakinan (keimanan) mereka. a. Penciptaan burung melalui nabi Isa 3:49. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” 5:110. (Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israel (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.”   b. Penciptaan ular  melalui tongkat nabi Musa 7:107. Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. 20:20. Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. 26:32. Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. 27:10. dan lemparkanlah tongkatmu”. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku. 28:31. dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh.  (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa, datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. c. Penciptaan burung (kembali) atas permintaan nabi Ibrahim 2:260. Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?”. Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.  

Penciptaan dan pembentukan Adam 

7:11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis.  Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. 

15:26. Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 15:28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 15:33. Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk“. 3:59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. 6:2. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). 7:11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis.  Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. 7:12. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.  Penciptaan Isterinya Adam Siti Hawa, demikian disebut namanya dalam beberapa riwayat (hadits) adalah pasangan (jauzah) Adam as yang secara ringkas disebut dalam AlQur’an sebagai berasal dari (bagian tubuh) Adam. Sebuah hadits shaheh menyebutnya sebagai berasal dari tulang rusuk Adam. Dari satu-satunya isterinya inilah kemudian Adam memiliki beberapa pasang anak yang selanjutnya menurut riwayat, terjadi perkawinan diantara anak-anak Adam itu dengan anak-keturunannya semua manusia yang ada di muka bumi hingga saat ini dan sampai akhir jaman.   4:1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.  7:189. Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.  
Penciptaan Isa 
Fenomena penciptaan nabi Isa as yang tidak memiliki bapak biologis jelas merupakan fenomena yang diluar kebiasaan, dan itu merupakan bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt. Allah Swt yang telah menciptakan Adam tanpa bapak dan ibu biologis, akan sangat mudah bagi-Nya untuk menciptakan manusia lain tanpa bapak biologis saja. 3:47. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia. 3:59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. 3:47. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia. 3:59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.  
Manusia dikutuk menjadi kera 
Sebuah peristiwa terjadi terhadap Bani Israel ketika sekompok orang yang melanggar perintah sabath (keluar pada hari sabtu) dikutuk menjadi kera akibat ulah mereka. Peristiwa tersebut menurut Ibnu Katsir terjadi dengan perubahan fisik, namun kera-kera tersebut tidak bertahan lama. Ini peristiwa yang berlangsung dengan cepat, tanpa melalui perubahan bentguk yang evolusioner, tetapi arah perubahan menjadi memburuk baik secara fisik maupun secara kejiwaan.   2:65. Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. Secara kejiwaan, ancaman degradasi terhadap kualitas kemanusiaan kerap muncul dalam AlQur’an, sebagai ancaman bagi orang-orang yang tidak patuh terhadap perintah Allah. Hal tersebut menyebabkan manusia ayang semula diciptakan dalam bentuk yang sebagus-bagusnya (secara fisik dan kejiwaan) lalu turun ke derajat yang serendah-rendahnya (tsumma rodadnaahu asfala saafiliin).    
Penciptaan makhluk hidup dari air  Berkenaan dengan ayat-ayat yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup berasal dari air, para mufassirin umumnya berpendapat bahwa air yang dimaksud disini adalah sperma, dan atau bahwa komponen utama makhluk hidup (60-70 %) adalah air. Tidak menutup kemungkinan interpretasi lainnya bahwa kehdupan dimuali dari kondisi perairan. Pertualangan mencari makhluk hidup di planet lain, selalu dimulai dengan upaya mencari jejak-jejak air di planet tersebut. Dalam berabagai ayat lain, turunnya hujan menjadi awal munculnya kehidupan tumb uhan yang kemudian menjadi susmber makanan bagi hewan-hewan dan manusia. 24:45. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 25:54. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. 36:77. Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!  Penutup Barangkali tidak akan pernah ada penjelasan ”ilmiah” secara detil dan memuaskan tentang bagaimana Tuhan menciptakan beraneka macam makhluk hidup di dunia ini dari jaman dahulu hingga yang akan datang. Manusia memiliki keterbatasan dalam menggali informasi masa lalu ketika tidak ada dari kita satupun yang jadi saksi. Penemuan-penemuan fossil yang dianggap sebagai bukti paling konkrit dari proses evolusi juga masing begitu banyak kekurangannya.  Apa yang telah didemonstrasikan oleh Tuhan ketika memberikan mu’jizat kepada nabi Isa as dan Musa as pun tidak bisa digeneralisasi bahwa mungkin begitulah semua makhluk hidup diciptakan Tuhan. Demikian juga dengan perubahan dari wujud manusia menjadi wujud kera yang terjadi pada sekelompok kaum Bani Israel mungkin tidak bisa digeneralisasi bahwa perubahan makhluk hidup dari satu spesies ke spesies lainnya terjadi seperti itu di alam. Begitu banyak misteri kehidupan di alam ini yang belum terungkap, mungkin sebagian besar tidak akan pernah terungkap. Apa yang telah diberitakan Allah Swt dalam AlQur’an menunjukkan kemahakuasaan Allah Swt. Satu atau sekelompok makhluk dapat tercipta langsung dari tanah yang nota bene adalah benda mati, jika itu dikehendaki-Nya, sementara sekelompok makhluk lainnya mungkin berasal dari makhluk sebelumnya. Proses evolusi ataupun proses non-evolusi mungkin saja terjadi jika Allah menghendaki, dan hal itu merupakan sesuatu yang mudah bagi Allah, jauh lebih mudah terjadinya dibandingkan proses penciptaan langit dan bumi yang memerlukan tahapan panjang.           Kekhawatiran pada umat Islam muncul ketika teori evolusi ini dirasuki paham ideologi dan paradiagma ateistik yang menegasikan kehadiran Zat Yang Maha Pencipta. Selain itu sains Biologi khususnya juga tampaknya secara berlebihan menjadikan teori evolusi semacam dogma yang tak terbantahkan, padahal begitu banyak hal-hal yang masih merupakan misteri untuk menyatakan bahwa proses evolusi adalah sebuah realita. Begitu banyak juga penemuan modern mutakhir yang menunjukkan skenario evolusi Darwinisme merupakan sebuah penyederhanaan atas fenomena kehidupan yang begitu kompleks. Dunia membutuhkan kejujuran para ilmuwan yang dapat berbicara secara objektif tentang fakta fenomena alam. Sayangnya berbagai peristiwa dalam perkembangan teori evolusi menunjukkan begitu banyak interpretasi subjektif, dugaan-dugaan bahkan kebohongan mewarnai dunia ”ilmiah” tersebut.    
Referensi 
Ayoub, M. 2003. Evolusi teistik vs ateistik. Republika, 9 April 2003.  
Bucaille, M. 1983. What is the origin of man ? Seghers, Paris. 
Syahin, A.S. Adam bukan manusia pertama ? (mitos atau realita). 2004. Republika, Jakarta.   
Taufikurahman. 2003. Mengapa ada penolakan terhadap teori evolusi Darwin: tanggapan atas tulisan Wildan Yatim,  Kompas, Mei 2003. 
Yahya, H. 2001. Keruntuhan teori evolusi. Adz Zikra-Syamil, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar